Training JKKGS

Training JKKGS
Para Pejuang Islam

Rabu, 26 Januari 2011

Ayahku super hero

Ada banyak hal yang membuat saya bangga dan bersyukur hidup di bumi Allah yang Maha kaya ini. Namun, ada satu hal yang menjadi kesyukuran terbesar saya yang memiliki seorang Ayah yang saya rasakan sangat berbeda dengan Ayah-Ayah yang dimiliki oleh teman-teman saya yang lainnya.

Semula, ketika umur saya masih di bawah 10 tahun-an saya menyangka Ayah saya adalah orang yang sangat kejam dan keras dan selalu memaksakan kehendaknya terhadap apa yang saya lakukan. Ketika itu, setiap malam selepas maghrib saya dan adik-adik saya selalu disuruh dan diwajibkan untuk membaca Al-qur’an, karena hal tersebut sudah seperti kewajiban bagi keluarga kami. Dan saya teringat pada suatu malam Ayah bertanya begini: “Tadi belajar Apa di rumah ngaji bang?” kebetulan saya anak tertua dari 4 bersaudara, biasanya saya setelah pulang sekolah sekitar jam 13.00, lalu sekitar pukul 14.30 saya belajar mengaji di TPA (Taman Pendidikan Anak-anak) Al-Barkah di desa Tanah Terban ketika itu. Dengan nada agak takut saya mencoba menjawab “Belajar Sholat pak” panggilan saya kepada Ayah saya dengan sebutan bapak karena ayah saya adalah keturunan orang jawa dan di daerah saya lumrah dengan panggilan seperti itu, Ayah saya berujar lagi “Sini bapak mau liat udah betul gak sholatnya?” lalu, dengan agak hati-hati saya mulai mempraktekkan gerakan-gerakan sholat yang saya pelajari tadi di TPA. alhasil, ketika saya ruku’ orang tua saya mengambil rotannya (kayu dari batang rotan yang panjangnya kira-kira setengah meter) yang biasa dipakai untuk menghukum saya kalu telat pulang ke rumah atau lalai mengerjakan sholat 5 waktu. Lalu, sontak saya terkejut dan bertanya-tanya di dalam hati “Buat apa ya bapak saya ngambil rotannya?” seketika itu juga ketakutan saya hilang sejenak, ternyata Ayah saya meletakkan rotan tersebut di atas punggung saya untuk mengukur apakah ruku’ saya sudah lurus atau belum. “gimana mau sah sholatnya kalau ruku’nya saja belum betul?” begitu katanya. Akhirnya setelah hari itu saya ber’azam untuk sholat saya terus-menurus, agar akhirnya saya dapat menggapai makna sholat yang benar-benar dijanjikan oleh Allah dalam firmannya “Sesungguhnya sholat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar”.

Namun akhirnya setelah saya lulus SMA atau lebih tepatnya Madrasah ‘Aliyah PONPES(Pondok Pesantren) Madrasah Ulumul Qur’an Langsa saya baru mulai menyadari sedikit demi sedikit perjuangan Ayah saya dalam menghidupi keluarga ini, tidaklah mudah. Ayah saya yang hanya tamatan sekolah dasar mampu membesarkan anaknya dengan berbagai macam pekerjaan yang ia coba, dari berladang menanam sayuran, berjualan jajanan kecil-kecilan di rumah namun gagal, hingga akhirnya menjual baju, sarung dan celana menjelang lebaran dari rumah ke rumah dengan memakai honda Astrea-800 ketika itu sambil membawa tas koper di belakang yang berisi obat-obatan dan jamu-jamu sachet. Dan sesekali saya juga pernah ikut dengan ayah dan duduk di atas koper belakang yang berisi obat-obatan itu. Namun pekerjaan itu juga kurang cukup memadai, karena ayah saya ingin agar anaknya semua mengecam pendidikan di pesantren, lalu ia bertekad meminjam uang ke bank lalu ia menyewa sebuah ruko kecil untuk memulai usaha barunya yaitu potocopy, jual alat-alat tulis dan cetak poto. Agar anaknya menjadi anak yang soleh dan hidup dengan senang dikemudian hari tidak saja di dunia tapi juga di akhirat. Dan ayah saya juga berpesan :
“Ki... kalau kamu sukses nanti tolong jangan sombong dan jangan merasa memiliki kemampuan/kelebihan apa-apa, karena yakinlah bahwa itu semua terjadi atas kehendak Allah SWT, kita manusia tidak punya kuasa apa-apa kecuali atas izin dan keridhaannya”.

Ayah....terima kasih karena telah menjadi super hero dan ayah yang terbaik bagiku dan adik-adikku.... semoga Allah mempersiapkan tempat yang lebih baik untukmu di sebuah negeri yang indah, yang diidam-idamkan banyak orang untuk menggapainya.....yaitu (surga Jannatun na’im) Amin ya Allah. (Selasa, 25-januari 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar