Training JKKGS

Training JKKGS
Para Pejuang Islam

Rabu, 26 Januari 2011

Kupu-Kupu Penyejuk jiwa

Ketika itu, saya sedang duduk-duduk sambil memancing di pinggir sebuah kolam ikan yang terletak di belakang rumah saya sambil memperhatikan sebuah kepompong di sela-sela rimbunan daun pisang, setelah beberapa lama saya perhatikan, dia hanya diam terus...... sepanjang waktu. Setelah beberapa hari berlalu saya kembali melihat kepompong itu lagi, saya tertegun ternyata saat itu saya menyadari diamnya kepompong itu bukan sesuatu yang bersifat statis, dan tak memberikan perubahan sama sekali. Ternyata dibalik itu semua seolah mengisyaratkan kepada saya tentang arti kesibukan seekor ulat yang mendambakan suatu keindahan dengan kepasrahan dan keyakinan terhadap tuhan yang maha kuasa, yang dalam kediamannya itu ia seolah mengakui kelemahannya. Namun apa yang terjadi selanjutnya? Ulat yang awalnya menggelikan itu tiba-tiba berubah menjadi kupu-kupu yang indah dan lucu, yang kedatangannya diidam-idamkan oleh jutaan bunga, dan dahan-dahan pohon yang merindukan lentik-lentik kaki dan ciuman sang kupu-kupu. Allah yang maha kuasa terhadap semua makhluk ciptaannya telah memberikan sebuah i’tibar (pelajaran) yang cukup berharga bagi saya, seekor ulat melakukan sesuatu untuk mendapatkan hasil. Namun, kenapa saya sering meragukan usaha yang saya lakukan selama ini? terbesit di hati saya sebuah suara yang menggetarkan jiwa, sehingga tubuh ini tak kuasa menahan haru yang sangat mendalam dan mungkin tak akan mampu rasanya berujar dengan kata-kata yang sempurna. Sehingga menjadi interaksi yang intens antara hati dan akal fikiran saya seketika itu juga.

(Hati) : Dengan penuh kekecewaan hati bertanya “Tak punya malukah kamu Terhadap kupu-kupu itu?”

(Akal) : Dengan sedikit emosi akal menjawab “Apa maksudmu tiba-tiba berkata begitu?”

(Hati): Dengan tenang hati berkata “Pernahkah kamu berfikir tentang keadaan dirimu hari ini?, Seberapa besarkah kamu menghargai kesempatan yang kamu miliki?, Seberapa kuatkah kamu berjuang mengamalkan ilmu yang diajarkan guru-gurumu hingga hari ini?, Dan seberapa besar usahamu untuk menghargai mereka yang menyayangimu, mendukungmu saat suka dan duka, memberimu semangat di saat kamu terkulai lemas dan lupa?.” Dengan kesal, hati melanjutkan ceramahnya... “Aku merasakan apa yang tak pernah kamu rasakan!!!...aku mengerti apa yang tak pernah kamu coba pahami!!!..., aku sakit dan terluka dengan ide gilamu untuk menyerah dengan keadaan!!!...mana semangatmu yang dulu kamu kibarkan untukku!!!...untuk membahagiakan orang tuamu dan orang-orang yang menaruh harapan padamu....?.
Berhati-hatilah!, karena hari ini atau esok... mungkin kamu telah tiada, karena maut telah menunggumu. inilah hari terakhirmu untuk menentukan tujuanmu:

HIDUP atau MATI?

AKHIRAT atau DUNIA?

BANGKIT atau JATUH?

BERUBAH atau TIDAK SELAMANYA?


(Akal) : Akal terdiam seribu bahasa, dengan penuh keragu-raguan berujar “Apakah aku mampu untuk melakukan itu semua? Sedangkan telah banyak hal yang gagal untuk aku wujudkan?

(Hati) : Dengan penuh kebijaksanaan hati berseru! “Jangan tunggu hari esok untuk mengubah sesuatu, karena belum tentu hari esok kamu masih terjaga, gunakan hari ini untuk melakukan perubahan dan berilah karya terbaik yang kamu miliki...! karena tugasmu hanyalah terus berusaha... bukan berhasil
(lillah, billah, minallah, ilallah), lillah: lakukanlah! semua hal karena Allah, billah: yakinlah! hanya Allah yang mampu menolong dan memberi yang terbaik buat kita, minallah: sadarilah! Bahwa kita semua datang dari Allah, ilallah: dan kita juga akan kembali ke sisi-Nya.

Bantu tanamkan 4 hal ini ke dalam jiwaku, Insya’ Allah kalaupun esok kita telah tiada, dan belum sempat mewujudkan itu semua, kalau 4 hal tersebut mampu kita jaga bersama, hari esok (negeri akhirat) akan menjadi milik kita, Karena Allah akan selalu menaungi hamba-hambanya-Nya yang ikhlas dan mau memperbaiki diri karena-Nya”.

Seketika itu juga saya terhenyak dan sekaligus mencoba meyakinkan hati dan fikiran saya untuk terus memperbaiki diri dan berusaha mengokohkan jiwa ini untuk tidak tertipu dengan kesenangan dunia yang hanya sementara ini.
Miskin adalah ujian, kaya juga merupakan cobaan,
yang terbaik di antara itu semua adalah:

“Kaya hati akan kebesaran dan kesadaran akan keagungan kekuasaan Allah yang sangat sulit untuk kita hitung berapa banyak yang telah kita nikmati hingga hari ini, namun hanya untuk mengucap syukur kapada-Nya saja amatlah jarang. kecuali bagi sang pencari ketenangan kehidupan sejati, dan mau mengerti bahwa hidup dan mati itu sangat dekat sekali, bagaikan dahaga yang membutuhkan air untuk tetap hidup, bagaikan lebah yang mencari madu untuk menebarkan manfaatnya dan bagaikan hati yang mencari seberkas cahaya di dalam cermin kebahagiaan sejati.....
yang tersembunyi,.........dibalik keAGUNGan.......keSUCIan.....& keTEDUHan dari SANG MAHA pemberi keHIDUPan sejati
(ALLAHU RABBI).”

“Ya Allah...terima kasih engkau telah mengirimkan kupu-kupu penyejuk jiwaku”. (Ahad,23 januari 2011)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar