Training JKKGS

Training JKKGS
Para Pejuang Islam

Kamis, 27 Januari 2011

Ayo Kita Tidur...agar kita sukses

Malam itu tepat pukul 00.23 ketika saya sudah tertidur pulas hp saya berdering, namun saya tak menghiraukannya. hingga esok harinya saya baru membuka sms tersebut dan membaca isinya begini:
“Kesuksesan”
Kesuksesan berawal dari cita-cita
Cita-cita berawal dari mimpi
Mimpi berawal dari tidur
Jadi, ayo kita tidur... Biar kita sukses bro...!!

Awalnya saya sempat tersenyum juga ketika membaca isi sms tersebut, namun ketika itu juga saya berfikir, kita Patut mensyukuri bahwa manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah dengan sebaik-baik bentuk (At-Tin: 4). oleh karena itu kita juga wajib memahami setiap ayat yang diturunkan kepada rasul-Nya dengan baik dan kita juga harus belajar dari apa yang diciptakan-Nya. (Al-’Alaq: 1).


Allah tidak memerintahkan kita hidup di dunia ini hanya untuk bermimpi atau berangan-angan yang berlebih-lebihan, akan tetapi Allah memerintahkan kepada kita untuk selalu memikirakan Apa yang harus kita lakukan untuk hari esok, jadi bukanlah untuk bermimpi saja. Mimpi itu diperbolehkan, akan tetapi harus sesuai dengan tuntunan syari’at dan terus berusaha mewujudkannya (tapi bukan mimpi yang di dalam tidur ya....?). Hiduplah dengan sungguh-sungguh, karena Allah tidak pernah bermain-main dengan janji-Nya. mulai sadarlah dari mimpi-mimpimu dan hiduplah dalam kenyataan, tanamkan keyakinan dalam dirimu bahwa mimpimu adalah sebuah jalan untuk menggapai kesuksesan, namun mimpi tak akan berubah menjadi kenyataan tanpa adanya usaha untuk sebuah perubahan.
“Jika keras terhadap diri sendiri, dunia akan lunak padamu.
Bila lunak terhadap diri sendiri, dunia akan keras terhadapmu”
(Andrie Wongso) (Jum’at, 28 Januari 2011)

Jika Pacaran Itu Haram, Bagaimana Caranya seorang muslim mendapatkan jodoh?

Tak sedikit juga ada yang bertanya begini: Kalau kita gak pacaran gimana dong caranya agar kita bisa dapat jodoh? bukankah kalau kita ga PDKT (pendekatan) terlebih dahulu kita ga tau cocok atau tidaknya orang yang kita pilih?
Ustadz Satria Hadi Lubis,MM,MBA pernah menjawab pertanyaan seorang pemuda muslim dengan menulis dalam blognya begini: “Lalu jika pacaran itu haram, maka bagaimana caranya seorang muslim untuk mendapatkan jodoh?, cara-caranya adalah sebagai berikut:

1. Melalui Perantara
Upayakan memperluas pergaulan, tanya sana, tanya sini, siapa gerangan yang bisa membantu anda mencarikan jodoh. Cari perantara yang reputasinya baik, seperti ustadz, guru, murabbi atau orang-orang sholih lainnya. Jangan malu untuk mempromosikan diri bahwa anda sedang mencari jodoh (apalagi anda seorang lelaki yang memang harus lebih agresif dalam mencari jodoh dari pada perempuan). Namun saya tidak menganjurkan anda untuk mengikuti biro jodoh atau mengikuti forum-forum gaul di internet, karena selain tidak selektif, juga belum tentu jujur apa yang ditampilkan oleh biro/media tersebut.

2. Mencari Sendiri, Tanpa Melalui Pacaran
Cara yang kedua ini mungkin sulit bagi sementara orang, bagaiman bisa mencari jodoh sendiri tanpa melalui pacaran? Bukankah pacaran merupakan sarana untuk mengenal calon pasangan kita? Dan dapatkah dijamin kita akan cocok dengan pasangan kita jika tidak melalui pacaran? Jawabannya adalah: bisa!, bisa menikah tanpa pacaran dan bisa cocok sampai akhir hayat. Nenek moyang kita telah mempraktekkan hal tersebut sejak lama dan terbukti cocok. Bahkan sekarang ini kita menyaksikan sendiri bahwa angka perceraian semakin tinggi, justru ketika budaya pacaran menjadi umum dalam masyarakat kita. Ternyata pacaran tidak menjamin kecocokan dalam rumah tangga. Jadi, cocok atau tidaknya kita dengan pasangan bukan karena pacaran, tetapi karena kesiapan untuk menerima pasangan kita apa adanya. Cara mencari sendiri tanpa pacaran adalah dengan cara “menembak” (langsung mengutarakan keinginan untuk menikahi orang yang kita taksir), contohnya: ketika Khadijah r.a meminta nabi Muhammad saw untuk menikahinya. Cara ini biasanya didahului dengan mencari informasi orang yang akan kita “tembak” tersebut. Cara mencari informasinya bisa melalui teman akrabnya, gurunya, dan orang-orang terdekatnya. Cara yang ditempuh harus smooth (halus), sehingga tidak terkesan terlalu agresif. Lalu dilanjutkan dengan memberikan sinyal kepada orang yang kita taksir tersebut apakah ia siap diajak menikah. Kalau sinyalnya positif, maka kit bisa menyampaikan hasrat kita kepadanya. Bisa melalui perantara atau bisa juga langsung mengutarakan kepadanya. Kalau diterima Alhamdulillah dan kalau pun ditolak jangan sakit hati. Baik cara pertama maupun kedua yang anda lakukan, prinsipnya jangan pernah berputus asa untuk mencari jodoh dengan cara-cara Islami. Dan iringi upaya kita mencari jodoh dengan do’a dan sholat tahajjud yang intens. Buktikan kepada Allah swt bahwa anda memang sungguh-sungguh mencari jodoh. Insya’ Allah, jodoh itu akan datang kepada anda. “Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh mencari jalan kami, niscaya kami akan tunjukkan jalan-jalan tersebut”(Al-‘Ankabut: 69).”

Oleh karena itu para pembaca yang dirahmati Allah sudah saatnya kita merubah mindset (cara berfikir) kita dalam memaknai ayat-ayat Allah dan terus mencoba sedikit demi sedikit berusaha untuk berubah menjadi insan yang lebih baik lagi dari waktu-kewaktu agar kita tidak termasuk golongan orang-orang yang kafir (ingkar) terhadap ayat-ayat-Nya. Dan yakinkan dalam diri anda kata-kata ini:
Jika kamu mencintai seseorang...
Dan ia tidak mencintai dirimu...
Maka bersyukurlah
karena Allah telah menyiapkan yang lebih baik untukmu...

(Jum’at, 28 januari 2011)

Pacaran Adalah Alasan Terburuk Untuk Memaknai Kalam Suci dan Sunnah Rasul

Seorang teman pernah bertanya kepada saya “ki pacarnya mana ko’ ga dibawa?” ketika itu kebetulan saya sedang menghadiri acara buka puasa bareng dengan teman-teman. Lalu saya jawab “ga ada” dia malah ngotot “Msak sich gak ada, secara orang ganteng kaya kamu mana mungkin ga ada yang mau?” dengan nada agak mengejek. “mang kenapa kalau gak punya pacar?” jawab saya agak jengkel. Lalu dia menjawab dengan spontan “untuk ta’arufan lah, kan Allah menyuruh kita untuk saling mengenal satu sama lain? Dan rasul juga nyuruh supaya kita mencari yang terbaik untuk pasangan hidup?, lalu saya hanya menjawab ”ngurus diri sendiri aja masih susah, malah mau ngurus orang lain, nanti kalau saya udah ada kemampuan baru deh nyari dan langsung nikah aja ga pake ta’aruf-ta’arufan lagi”. Setelah kejadian tersebut sebenarnya hati saya agak risih , karena kebanyakan dari teman-teman saya yang berpacaran memakai alasan-alasan yang salah dalam memaknai kalamullah dan sabda rasul.
Menurut yang saya pelajari dari guru saya dalam surah An-nur Allah telah mengatur bahwasnya laki-laki yang baik untuk wanita yang baik, begitu juga sebaliknya wanita yang keji itu Allah jodohkan dengan laki-laki yang keji juga (An-Nur: 26).
Allah juga berfirman bahwa laki-laki dan wanita yang beriman diperintahkan agar menjaga kemaluannya, dilarang memandang yang diharamkan oleh Allah dan hendaklah wanita yang beriman mereka menutup kain kerudungnya hingga ke dadanya, dan jangan menampakkan auratnya kecuali kepada suami mereka, ayah mereka, ayah suami mereka, putra-putra mereka, putra-putra suami mereka, saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara perempuan mereka, para perempuan sesama islam, para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan terhadap perempuan, atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. (An-Nur: 30-31)
Jelaslah, bahwa masih banyak diantara kita hari ini yang masih munafik, mengaku Islam dan beriman, padahal amal ibadah yang kita lakukan selama ini sering tercemari dengan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah dalam kitab sucinya. Belajar memahami Al-qur’an, namun kerap digunakan hanya untuk berbantah-bantahan dan menjadi alat untuk memudah-mudahkan suatu perintah amalan. Allah juga melarang hamba-hambanya untuk mengamalkan perintahnya hanya setengah-setengah saja / memilih yang dianggap gampang saja, lalu ia mengingkari / meninggalkan sebahagian yang lain yang dianggapnya sulit.
Dari Abu Hurairah, nabi SAW bersabda: “Kedua mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan zina, kedua kaki itu (bisa) melakukan zina, dan kesemuanya itu akan dibenarkan atau diingkari oleh alat kelamin”. (Shahih Bukhari & Muslim)
Al-Hakim meriwayatkan: “Berhati-hatilah kamu dari bicara-bicara dengan wanita, sebab tiada seorang laki-laki yang sendirian dengan wanita yang tidak ada mahramnya melainkan ingin berzina padanya”.
Masih banyak dalil yang menjelaskan larangan terhadap haramnya berpacaran, lantas apakah itu belum cukup untuk membuka mata hati kita agar lebih waspada dalam bergaul, dan lebih bijak lagi dalam memaknai kalamullah dan sunnah rasul-Nya?. (Jum’at, 28 januari 2011)

Pejuang Dakwah Tak kenal Menyerah

Sahabatku,,,,tetaplah tegar di jalan dakwah bagaikan rembulan yang tak akan hilang sebelum fajar menjelang....bagaikan ibu yang tak akan pernah lupa dengan sang buah hatinya...bgaikan pohon yang tetap tegak menjalankan tugasnya setiap hari,,,dan bagaikan bintang yang tak pernah bosan menjengukmu setiap malam menjelang. namun itu semua hanyalah sebuah kiasan,,, hingga seorang prajurit dakwah sejati gugur dalam perjuangan suci dalam ketenangan dan berbekal ketakwaan...bersemangatlah pemuda-pemudi islam,,,kemenangan pasti akan kita raih...karena janji Allah pasti akan terjadi...hari ini atau nanti...yang terpenting adalah
“Anda sang pejuang ilahi tak akan pernah mati hingga nafas dan jiwa ini kembali kehadirat-Nya dengan penuh ketenangan dan kerinduan kepada-Nya.”

Nafsu atau Hati yang bicara

Pernah suatu hari, ketika saya masih duduk di bangku SMA (Pondok Pesantren) ada seorang guru bahasa Indonesia Bu Rina namanya, biasanya sebelum masuk ke pelajaran yang akan dibahas dia sering bercerita terlebih dahulu kepada kami, biar gak lemes katanya (kebetulan memang pelajaran b.Indonesia jadwalnya pukul 11-an gitu) dan biasanya kami pun sudah agak kurang bergairah menerima pelajaran pada jam-jam terakhir seperti itu. Waktu itu dia pernah berkata dengan nada sinisnya begini “Anak muda sekarang ini banyak sekali tingkahnya disuruh sekolah bener-bener, malah pacaran. yang katanya kalau cinta sudah melekat lah tahi kucing rasa cokelat”, Sontak saja semua murid ketika itu yang hanya laki-laki semuanya tertawa tidak karuan. Lalu bu Rina pun melanjutkan ceramahnya “Orang tua kalian susah-susah cari uang, ada yang tanam padi di sawah, ada yang jadi kuli, bahkan ada yang rela menahan makan hanya untuk ngirimin kalian uang. Apa kalian gak kasian?, apakah kalian tega membalas pengorbanan itu hanya dengan tidur-tiduran di sini, dan main-main saja?”. Seketika itu juga kami mulai merenung betapa besar pengorbanan orang tua terhadap kehidupan kami, dan mulai mencoba memahami sedikit demi sedikit apa yang telah dirasakan oleh orang tua kami selama ini. Lalu bu Rina bilang lagi “Saya mempunyai prinsip begini: Biarlah orang tersenyum dan tertawa disaat saya menangis, dan biarlah orang semua menangis disaat saya tersenyum bahagia”, ketika itu kami agak bingung dan kurang mengerti dengan perkataan bu Rina tadi, kemudian kami bertanya kepadanya “Maksudnya apa bu?”. Bu Rina melanjutkan “Begini maksudnya, ketika saya terlahir ke dunia ini kan saya menangis oe..k.....oe..k” sambil mempraktekken.

Lalu dia melanjutkan lagi “namun pada waktu bersamaan kan semua orang tersenyum dan tertawa bahagia ketika melihat saya, terutama ibu saya tentunya yang tersenyum bahagia melihat saya...dan sekarang saya akan mencoba untuk melakukan yang terbaik buat diri saya dan orang lain dalam hidup ini, dengan begitu... ketika saya meninggal saya akan tenang dan tersenyum bahagia, sedangkan orang lain yang merasa kehilangan saya tentunya mereka akan bersedih dan menangis dengan kepergian saya”. Dan saya pun ketika itu sudah lebih mengerti dengan penjelasan bu Rina tersebut.

Sejak hari itu saya bisa lebih memahami bahwa hidup yang singkat ini harus dikontrol dengan baik.
terutama hati ini, kapan ia dikuasai nafsu dan kapan ia berkata benar ketika menyukai sesuatu. harus ada benteng-benteng harapan orang tua, harapan guru-guru, maupun harapan orang-orang yang sayang dan peduli dengan hidup kita, dan agama yang menjaganya untuk tetap istiqamah untuk selalu tegar di jalan-Nya. agar kita lebih bisa memaknai kehidupan.
Dan tentunya harus terus belajar ilmu agama sampai ajal menjemput kita, karena Rasulullah SAW bersabda: “Uthlubul ‘ilma minal mahdi ilal lahdi” tuntutlah ilmu ketika masih dalam buaian hingga ke liang lahat. Tak ada kata selesai dalam menuntut ilmu, karena menuntut ilmu juga merupakan kewajiban terbesar bagi umat islam untuk menggapai kunci ma’rifatullah, dan kembali ke sisi-nya dengan Husnul khatimah. (Selasa, 25 januari 2010)

Hakikat Syukur

Suatu hari saya bertanya kepada guru kehidupan saya begini: “bagaimana hakikat syukur yang sempurna itu pak guru?”
Lalu ia menjawab: “Hakikat syukur itu ada 3 tingkatan,

tingkatan yang terendah:
Syukuri nikmat yang banyak : Suatu hari ada seorang pemuda pedagang buah-buahan, setiap hari ia berdagang dari pagi hingga sore di sebuah pusat perbelanjaan, Alhamdulillah pada beberapa hari ini dagangannya laris dan untung besar terus. Lantas ia bersyukur kepada Allah atas nikmat yang berlimpah yang diberikan kepadanya.

Tingkatan yang pertengahan:
Syukuri nikmat yang sedikit : lanjutan dari cerita yang di atas, setelah 2 minggu ke depan pemuda pedagang buah tersebut dagangannya sepi pembeli, sehingga ia hanya mendapatkan untung sedikit dari dagangannya ketika itu. Namun pedagang tersebut tetap mensyukuri setiap nikmat Allah yang masih diberikan kepadanya walaupun sedikit dengan mengucap Alhamdulillah.

Tingkatan yang tertinggi:
Syukuri apa yang ada : sambungan dari cerita yang di atas, Pemuda tersebut tetap terus berdagang walau penghasilannya sedikit. Hingga akhirnya ia kembali diuji oleh Allah SWT dengan tidak ada dagangan yang terbeli/laku dijual ketika itu. Namun dengan penuh keyakinan pemuda tersebut berkata “Telah banyak rejeki yang aku nikmati dari-Mu ya Allah, walaupun hari ini daganganku tidak ada yang terjual, Aku tetap bersyukur pada-Mu ya Allah karena aku masih diberi kehidupan dan kesehatan. Sesungguhnya apabila aku memiliki uang dan harta yang memenuhi dunia ini pun niscaya aku tidak akan sanggup membayar nikmat hidup dan sehat yang engkau berikan kepadaku selama ini.” Lalu pemuda tersebut menyeka keringatnya kembali dan pulang dengan wajah yang tetap tersenyum tegar mengharap keridhaan dari Allah SWT.”
Akhirnya saya pun dapat mengambil sebuah intisari bahwasanya kita harus mensyukuri setiap rejeki yang datang kepada kita,banyak,sedikit,atau hanya berupa kesempatan hidup yang kita rasakan hari ini adalah sesuatu yang tetap harus disyukuri.
Saya pun berdo’a semoga Allah memberikan hidayah-Nya kepada kita semua, agar dapat menjadi seperti pemuda tersebut dan menjadi hambanya yang mampu menyadari dan mensyukuri setiap pemberiannya yang nampak oleh mata atau pun yang hanya mampu kita rasakan, terutama nikmat ketenangan hidup di bumi Allah yang penuh kekayaan ini, dan mampu mencapai hakikat syukur yang tertinggi. Amin....
Syukuri yang banyak,
Syukuri yang sedikit dan
Syukuri apa yang ada adalah kunci kekayaan sejati.

(Selasa, 25-januari 2010)

Rabu, 26 Januari 2011

Kekhawatiran seorang ibu

Sebelum saya terlahir ke dunia yang fana ini, Ibu...yang sejak semalam menjelang kelahiran saya, mengalami sakit perut yang amat berat ia rasakan, yang ia mengakui tidak pernah merasakan sakit yang seperti ini sebelumnya. Ayah saya pun kebingungan ketika itu, karena hari pun sudah larut malam dan sang ibu pun terus saja merintih kesakitan, sehingga akhirnya Ayah pun berkata “Sudah malam ni sayang besok pagi insya’ Allah saya cari obatnya ya?” ibu hanya diam dan terus berharap agar besok Ayah mendapatkan obat yang tepat untuknya. Ketika waktu subuh tiba Ayah bangun,bergegas sholat dan langsung pergi dengan meninggalkan ibu seorang diri mencari seorang bidan di desa sebelah, yang saya panggil dengan sebutan “Andong Bidan” di daerah kami biasa menyebutkan nenek dengan sebutan “Andong” (dalam bahasa tamiang).....

Ayah pun langsung membawanya ke rumah sewa yang hanya kami diami selama 1 setengah tahun saja yaitu di Gang famili, Desa Simpang Empat Upah, Kabupaten Aceh Tamiang , sebelum akhirnya kami pindah ke Desa tanah Terban. Ibu yang ditinggalkan sendiri, dengan penuh kekhawatiran, kecemasan, dan kegundahan pun akhirnya sedikit lega melihat ayah yang kembali membawa Andong Bidan. Namun itu hanya sebentar saja, akhirnya Ayah pun pergi lagi untuk menjemput unyang (Ibunya nenek/Kakek: dalam bahasa tamiang), ketika Ayah tiba dengan membawa unyang ke rumah, sontak saja keduanya terkejut mendengar suara tangisan bayi, dan akhirnya kekhawatiran itu pun serta –merta menghilang dan kegembiraan pun terpancar dari mat mereka, walau pun ketika itu mereka melihat sang buah hati yang ukurannya sangat kecil, yang memiliki berat hanya 1 kg lebih sedikit. ketika itu tepatnya Hari Senin,18 februari 1991 kira-kira pukul 06.00 pagi umur 7 bulan dalam kandungan ibu saya, dalam suasana yang masih nuansa subuh masih belum terlalu terang ketika itu saya pun menatap dunia untuk pertama kalinya. Yang kemudian diberi nama oleh seorang nenek yang bernama Syahrian binti OK. Thaib, dengan Nama Rifqi Umami yang saya tanyakan kepada seorang Syaikh dari mesir yang bernama Syaikh Abdul Nashir, Rifqi artinya: lembut, sedangkan umami: jama’ dari Ummah yang artinya: Ummat-Ummat, lalu saya berharap kepada Allah Subhanahu Wata’ala agar saya mampu menjadi ummat dari kekasih-Nya Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai Ummat yang dapat menebarkan manfaat bagi orang yang ada di bumi-Nya ini dengan kelembutan hati dan keagungan sikap tauladan rasul-Nya dan kembali kepada-Nya dengan penuh ketenangan dan hikmah yang baik bagi seluruh alam.
(Terima Kasih Ya Allah engkau telah mengirimkan aku seorang Ibu yang menjadi bidadari penyejuk di setiap langkah dan tujuanku dalam menjalankan tugas suci untuk menggapai ridho-Mu) (Senin 24-januari 2011)

Ayahku super hero

Ada banyak hal yang membuat saya bangga dan bersyukur hidup di bumi Allah yang Maha kaya ini. Namun, ada satu hal yang menjadi kesyukuran terbesar saya yang memiliki seorang Ayah yang saya rasakan sangat berbeda dengan Ayah-Ayah yang dimiliki oleh teman-teman saya yang lainnya.

Semula, ketika umur saya masih di bawah 10 tahun-an saya menyangka Ayah saya adalah orang yang sangat kejam dan keras dan selalu memaksakan kehendaknya terhadap apa yang saya lakukan. Ketika itu, setiap malam selepas maghrib saya dan adik-adik saya selalu disuruh dan diwajibkan untuk membaca Al-qur’an, karena hal tersebut sudah seperti kewajiban bagi keluarga kami. Dan saya teringat pada suatu malam Ayah bertanya begini: “Tadi belajar Apa di rumah ngaji bang?” kebetulan saya anak tertua dari 4 bersaudara, biasanya saya setelah pulang sekolah sekitar jam 13.00, lalu sekitar pukul 14.30 saya belajar mengaji di TPA (Taman Pendidikan Anak-anak) Al-Barkah di desa Tanah Terban ketika itu. Dengan nada agak takut saya mencoba menjawab “Belajar Sholat pak” panggilan saya kepada Ayah saya dengan sebutan bapak karena ayah saya adalah keturunan orang jawa dan di daerah saya lumrah dengan panggilan seperti itu, Ayah saya berujar lagi “Sini bapak mau liat udah betul gak sholatnya?” lalu, dengan agak hati-hati saya mulai mempraktekkan gerakan-gerakan sholat yang saya pelajari tadi di TPA. alhasil, ketika saya ruku’ orang tua saya mengambil rotannya (kayu dari batang rotan yang panjangnya kira-kira setengah meter) yang biasa dipakai untuk menghukum saya kalu telat pulang ke rumah atau lalai mengerjakan sholat 5 waktu. Lalu, sontak saya terkejut dan bertanya-tanya di dalam hati “Buat apa ya bapak saya ngambil rotannya?” seketika itu juga ketakutan saya hilang sejenak, ternyata Ayah saya meletakkan rotan tersebut di atas punggung saya untuk mengukur apakah ruku’ saya sudah lurus atau belum. “gimana mau sah sholatnya kalau ruku’nya saja belum betul?” begitu katanya. Akhirnya setelah hari itu saya ber’azam untuk sholat saya terus-menurus, agar akhirnya saya dapat menggapai makna sholat yang benar-benar dijanjikan oleh Allah dalam firmannya “Sesungguhnya sholat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar”.

Namun akhirnya setelah saya lulus SMA atau lebih tepatnya Madrasah ‘Aliyah PONPES(Pondok Pesantren) Madrasah Ulumul Qur’an Langsa saya baru mulai menyadari sedikit demi sedikit perjuangan Ayah saya dalam menghidupi keluarga ini, tidaklah mudah. Ayah saya yang hanya tamatan sekolah dasar mampu membesarkan anaknya dengan berbagai macam pekerjaan yang ia coba, dari berladang menanam sayuran, berjualan jajanan kecil-kecilan di rumah namun gagal, hingga akhirnya menjual baju, sarung dan celana menjelang lebaran dari rumah ke rumah dengan memakai honda Astrea-800 ketika itu sambil membawa tas koper di belakang yang berisi obat-obatan dan jamu-jamu sachet. Dan sesekali saya juga pernah ikut dengan ayah dan duduk di atas koper belakang yang berisi obat-obatan itu. Namun pekerjaan itu juga kurang cukup memadai, karena ayah saya ingin agar anaknya semua mengecam pendidikan di pesantren, lalu ia bertekad meminjam uang ke bank lalu ia menyewa sebuah ruko kecil untuk memulai usaha barunya yaitu potocopy, jual alat-alat tulis dan cetak poto. Agar anaknya menjadi anak yang soleh dan hidup dengan senang dikemudian hari tidak saja di dunia tapi juga di akhirat. Dan ayah saya juga berpesan :
“Ki... kalau kamu sukses nanti tolong jangan sombong dan jangan merasa memiliki kemampuan/kelebihan apa-apa, karena yakinlah bahwa itu semua terjadi atas kehendak Allah SWT, kita manusia tidak punya kuasa apa-apa kecuali atas izin dan keridhaannya”.

Ayah....terima kasih karena telah menjadi super hero dan ayah yang terbaik bagiku dan adik-adikku.... semoga Allah mempersiapkan tempat yang lebih baik untukmu di sebuah negeri yang indah, yang diidam-idamkan banyak orang untuk menggapainya.....yaitu (surga Jannatun na’im) Amin ya Allah. (Selasa, 25-januari 2011)

Kupu-Kupu Penyejuk jiwa

Ketika itu, saya sedang duduk-duduk sambil memancing di pinggir sebuah kolam ikan yang terletak di belakang rumah saya sambil memperhatikan sebuah kepompong di sela-sela rimbunan daun pisang, setelah beberapa lama saya perhatikan, dia hanya diam terus...... sepanjang waktu. Setelah beberapa hari berlalu saya kembali melihat kepompong itu lagi, saya tertegun ternyata saat itu saya menyadari diamnya kepompong itu bukan sesuatu yang bersifat statis, dan tak memberikan perubahan sama sekali. Ternyata dibalik itu semua seolah mengisyaratkan kepada saya tentang arti kesibukan seekor ulat yang mendambakan suatu keindahan dengan kepasrahan dan keyakinan terhadap tuhan yang maha kuasa, yang dalam kediamannya itu ia seolah mengakui kelemahannya. Namun apa yang terjadi selanjutnya? Ulat yang awalnya menggelikan itu tiba-tiba berubah menjadi kupu-kupu yang indah dan lucu, yang kedatangannya diidam-idamkan oleh jutaan bunga, dan dahan-dahan pohon yang merindukan lentik-lentik kaki dan ciuman sang kupu-kupu. Allah yang maha kuasa terhadap semua makhluk ciptaannya telah memberikan sebuah i’tibar (pelajaran) yang cukup berharga bagi saya, seekor ulat melakukan sesuatu untuk mendapatkan hasil. Namun, kenapa saya sering meragukan usaha yang saya lakukan selama ini? terbesit di hati saya sebuah suara yang menggetarkan jiwa, sehingga tubuh ini tak kuasa menahan haru yang sangat mendalam dan mungkin tak akan mampu rasanya berujar dengan kata-kata yang sempurna. Sehingga menjadi interaksi yang intens antara hati dan akal fikiran saya seketika itu juga.

(Hati) : Dengan penuh kekecewaan hati bertanya “Tak punya malukah kamu Terhadap kupu-kupu itu?”

(Akal) : Dengan sedikit emosi akal menjawab “Apa maksudmu tiba-tiba berkata begitu?”

(Hati): Dengan tenang hati berkata “Pernahkah kamu berfikir tentang keadaan dirimu hari ini?, Seberapa besarkah kamu menghargai kesempatan yang kamu miliki?, Seberapa kuatkah kamu berjuang mengamalkan ilmu yang diajarkan guru-gurumu hingga hari ini?, Dan seberapa besar usahamu untuk menghargai mereka yang menyayangimu, mendukungmu saat suka dan duka, memberimu semangat di saat kamu terkulai lemas dan lupa?.” Dengan kesal, hati melanjutkan ceramahnya... “Aku merasakan apa yang tak pernah kamu rasakan!!!...aku mengerti apa yang tak pernah kamu coba pahami!!!..., aku sakit dan terluka dengan ide gilamu untuk menyerah dengan keadaan!!!...mana semangatmu yang dulu kamu kibarkan untukku!!!...untuk membahagiakan orang tuamu dan orang-orang yang menaruh harapan padamu....?.
Berhati-hatilah!, karena hari ini atau esok... mungkin kamu telah tiada, karena maut telah menunggumu. inilah hari terakhirmu untuk menentukan tujuanmu:

HIDUP atau MATI?

AKHIRAT atau DUNIA?

BANGKIT atau JATUH?

BERUBAH atau TIDAK SELAMANYA?


(Akal) : Akal terdiam seribu bahasa, dengan penuh keragu-raguan berujar “Apakah aku mampu untuk melakukan itu semua? Sedangkan telah banyak hal yang gagal untuk aku wujudkan?

(Hati) : Dengan penuh kebijaksanaan hati berseru! “Jangan tunggu hari esok untuk mengubah sesuatu, karena belum tentu hari esok kamu masih terjaga, gunakan hari ini untuk melakukan perubahan dan berilah karya terbaik yang kamu miliki...! karena tugasmu hanyalah terus berusaha... bukan berhasil
(lillah, billah, minallah, ilallah), lillah: lakukanlah! semua hal karena Allah, billah: yakinlah! hanya Allah yang mampu menolong dan memberi yang terbaik buat kita, minallah: sadarilah! Bahwa kita semua datang dari Allah, ilallah: dan kita juga akan kembali ke sisi-Nya.

Bantu tanamkan 4 hal ini ke dalam jiwaku, Insya’ Allah kalaupun esok kita telah tiada, dan belum sempat mewujudkan itu semua, kalau 4 hal tersebut mampu kita jaga bersama, hari esok (negeri akhirat) akan menjadi milik kita, Karena Allah akan selalu menaungi hamba-hambanya-Nya yang ikhlas dan mau memperbaiki diri karena-Nya”.

Seketika itu juga saya terhenyak dan sekaligus mencoba meyakinkan hati dan fikiran saya untuk terus memperbaiki diri dan berusaha mengokohkan jiwa ini untuk tidak tertipu dengan kesenangan dunia yang hanya sementara ini.
Miskin adalah ujian, kaya juga merupakan cobaan,
yang terbaik di antara itu semua adalah:

“Kaya hati akan kebesaran dan kesadaran akan keagungan kekuasaan Allah yang sangat sulit untuk kita hitung berapa banyak yang telah kita nikmati hingga hari ini, namun hanya untuk mengucap syukur kapada-Nya saja amatlah jarang. kecuali bagi sang pencari ketenangan kehidupan sejati, dan mau mengerti bahwa hidup dan mati itu sangat dekat sekali, bagaikan dahaga yang membutuhkan air untuk tetap hidup, bagaikan lebah yang mencari madu untuk menebarkan manfaatnya dan bagaikan hati yang mencari seberkas cahaya di dalam cermin kebahagiaan sejati.....
yang tersembunyi,.........dibalik keAGUNGan.......keSUCIan.....& keTEDUHan dari SANG MAHA pemberi keHIDUPan sejati
(ALLAHU RABBI).”

“Ya Allah...terima kasih engkau telah mengirimkan kupu-kupu penyejuk jiwaku”. (Ahad,23 januari 2011)